Wednesday, September 21, 2011

4 Penyebab Masalah Seksualitas

4 Penyebab Masalah Seksualitas


Seks merupakan anugerah? Setuju. Namun bukan berarti seks tidak memiliki permasalahan. Di balik itu, masih ada faktor penyebab masalah seksualitas. Berikut ini akan dibahas 4 penyebab masalah seksualitas yang patut Anda tambahkan ke dalam pengetahuan Anda mengenali seksualitas itu sendiri.


Penyebab # 1. Ketidaktahuan Mengenai Seks




Percayakah anda bahwa lebih dari 70% wanita di Indonesia tidak mengetahui dimana letak klitorisnya sendiri? Sebuah hal yang sebenarnya sangat penting tetapi tidak diketahui oleh banyak orang. Masalah ketidaktahuan terhadap seks sudah betul-betul merakyat terlebih di negara kita. Ini berpangkal dari kurangnya pendidikan seks yang sebagian besar dari antara kita tidak memperolehnya pada waktu remaja. Tidak jarang, pengetahuan seks itu hanyalah sebatas informasi, bukan pendidikan. Itu terjadi karena mereka tidak mendapatkan pendidikan seks di sekolah atau lembaga formal lainnya. Akibatnya, keingintahuan soal seks didapatkannya dari berbagai media. Berdasarkan penelitian di Jakarta saja, hampir 100 persen remaja anak SMA, sudah melihat media-media porno, baik itu dari situs internet, VCD, atau buku-buku porno lainnya. Untuk itu orang tua hendaknya memberikan pendidikan soal seks kepada anak-anaknya sejak dini. Salah satunya dengan memisahkan anak-anaknya tidur dalam satu kamar setelah berusia sepuluh tahun, sekalipun sama-sama perempuan atau laki-laki. Demikian halnya dengan menghindarkan anak-anaknya mandi bersama keluarga atau juga teman-temannya. Orang tua harus menjawab jujur ketika anaknya bertanya soal seks. Jawaban-jawaban yang diberikan hendaknya mudah dimengerti dan sesuai dengan usia si anak. Karena itulah, orang tua dituntut membekali dirinya dengan pengetahuan-pengetahuan tentang seks. Terlebih lagi, perubahan fisik dan emosi anak akan terjadi pada usia 13 – 15 tahun pada pria dan 12 – 14 tahun pada wanita. Saat itulah yang dinamakan masa pubertas yaitu masa peralihan dari masa anak-anak menjadi remaja. Pada saat itu pula, mereka mulai tertarik kepada lawan jenisnya. Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak serta penuh keingintahuan dan petualangan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan mereka kelak. Sayangnya, banyak di antara mereka tidak menyadari beberapa pengalaman yang tampaknya menyenangkan justru dapat menjerumuskan. Rasa ingin tahu para remaja kadang-kadang kurang disertai pertimbangan rasional akan akibat lanjut dari suatu perbuatan. Itu pun terjadi akibat kurangnya kontrol orang tua dan minimnya pendidikan seks dari sekolah atau lembaga formal lainnya. Sementara itu, berbagai informasi seks dari media massa yang tidak sesuai dengan norma-norma yang dianut menyebabkan keputusan yang diambil remaja mengenai masalah cinta dan seks begitu kompleks. Akibatnya, timbul gesekan-gesekan dengan orang tua dan lingkungan keluarganya. Dan pada waktu para remaja itu beranjak dewasa dan menjalani hidup sebagai sepasang suami istri, mereka tetap merasakan gangguan komunikasi dalam hubungan seks yang berakar pada ketidaktahuan seks. Sering, keduanya tidak mengakui ketidaktahuan tentang seks atau mereka merasa “malu” dan “risih” untuk mengatakan apa yang disukai dan tidak disukai ketika melakukan hubungan seks. Mungkin masing-masing dari anda berdua takut memberi usulan posisi baru atau yang belum pernah anda coba, karena anda takut pasangan anda akan menanyakan dari mana anda memperoleh pengetahuan seks yang demikian. Sebagai pasangan, anda kehabisan akal dan tidak bisa melakukan variasi dalam merangsang atau mengubah cara bermain yang rutin dan membosankan. Untuk memenuhi kebutuhan seks, anda harus mengatakan pada pasangan anda dengan tepat apa yang anda suka dan tidak suka, apa yang anda inginkan ketika melakukan hubungan seks. Tapi cara anda mengatakannya yang membuatperbedaan antara dialog terbuka atau protes terbuka. Gunakanlah kata-kata yang lembut, ganti kata-kata yang mengandung tuduhan seperti, “kamu selalu pasif” menjadi “sayang, aku senang kalau kamu kadang juga bersikap agresif…” ketrampilan berkomunikasi yang baru dipeljari ini juga sering membantu mengurangi kekesalan dan menyelesaikan konflik kehidupan lain di luar seks seperti perawatan rumah atau anak.


Penyebab # 2. Kelelahan


Rasa lelah adalah momok yang paling menghantui pasangan pada jaman ini dalam melakukan hubungan seks. Apalagi dengan meningkatnya tuntutan hidup, sang wanita harus ikut bekerja di luar rumah demi mencukupi kebutuhan sehari-hari. Pada waktu suami istri pulang dari kerja, mereka akan merasa lelah. Dan pasangan yang sedang lelah jarang merasakan bahwa hubungan seks menarik minat. Akhirnya mereka memilih untuk tidur. Mungkin anda mengalami situasi seperti ini. Kelelahan bisa menyebabkan bertambahnya usaha yang diperlukan untuk memuaskan kebutuhan lawan jenis anda dan merupakan beban yang membuat anda kesal yang akhirnya bisa memadamkan gairah seks.


Penyebab # 3. Konflik


Sebagian pasangan memainkan pola konflik merusak yang berwujud sebagai perang terbuka atau tidak mau berbicara sama sekali satu sama lain. Konflik menjadi kendala hubungan emosional mereka. Bahkan ini bisa menggeser proses foreplay. Pasangan dapat mempertajam perselisihan mereka dengan menghindari seks atau mengeluarkan ungkapan negatif atau membandingkan dengan orang lain, yang sangat melukai perasaan pasangannya. Kemarahan dan kecemasan yang tidak terpecahkan bisa menyebabkan sejumlah masalah seksual antara lain masalah ereksi, hilang gairah atau sengaja menahan diri untuk tidak bercinta. Foreplay akan sangat sulit dilakukan sebelum anda dan pasangan menghentikan konflik mereka. Perbedaan antara satu orang dan lainnya biasanya tidak baik dan tidak juga buruk. Jadi haruslah dipandang hanya sebagai perbedaan. Tugas anda sebagai suami atau istri adalah mencari titik temu dan menyesuaikan kebutuhan yang paling penting yang bisa dipenuhi. Kemarahan, ketegangan atau perasaan kesal akan selalu menghambat gairah seks. Tempat tidur bukanlah pengadilan tempat adu argumentasi atau ring tinju tempat berkelahi. Bicarakan dan selesaikanlah perselisihan anda dengan pasangan anda di luar kamar tidur. Jadikan kamar tidur anda sebagai tempat paling istimewa untuk mendekatkan perasaan yang baik.


Penyebab # 4.Kebosanan


Seperti halnya menggosok gigi atau menyetel alarm jam, seks bisa dianggap seperti “kerja malam”. Hubungan seks yang rutin sebelum tidur sering menjadi berlebihan sampai ke suatu titik yang membosankan. Yang mendasari rasa bosan itu adalah kemarahan yang disadari atau tidak disadari karena harapan anda tidak terpenuhi. Anda menonton bioskop atau ke pesta dan pulang sambil berkata membosankan karena anda mengira akan menikmatinya padahal tidak. Begitu pula halnya di kamar tidur, seks dikira menghasilkan getaran kenikmatan, tetapi setelah bertahun-tahun melakukan dengan cara yang itu-itu juga, kenikmatan memudar dan kegembiraan menjadi semu. Masalah ini diderita oleh kebanyakan pasangan yang sudah hidup bersama bertahun-tahun. Sebagian pasangan yang sudah hidup bersama untuk jangka waktu yang lama merasa kehilangan getaran kenikmatan yang datang ketika melakukan hubungan seks dengan pasangan yang baru. Orang demikian melihat rayuan penguat ego, dibandingkan bila bersenggama dengan mitra baru. Mereka mungkin memilih pacar lain atau menginginkan perkawinan bebas dimana pria maupun wanita bebas berganti pasangan dan melakukan hubungan seks dengan bebas. Tetapi yakinlah… tidak pernah sebuah hubungan seks bebas akan berakhir dengan bahagia. Gonta-ganti pasangan dalam suatu ikatan perkawinan hanya menyuburkan perasaan tidak tenang dan kurang percaya.

No comments:

Post a Comment