Tuesday, March 9, 2010

Tetap Sadar Walau Koma Selama 23 Tahun

Akibat kecelakaan mobil yang dialami oleh Rob Houben pada 1983 mengubah seluruh jalan hidupnya. Saat itu dokter memvonisnya koma, tapi 23 tahun kemudian dia ditemukan dalam kondisi sadar.
Tetap Sadar Walau Koma Selama 23 Tahun
Selama 23 tahun itu Rob mengalami kondisi yang tidak mengenakkan. Dia tidak bisa bergerak dan sepanjang waktu hanya terus berbaring di atas ranjang. Namun dia beruntung, ibunya, Josephine Houben, tak pernah lelah mendampinginya.

Rob masih berusia 20 tahun pada saat kecelakaan mobil pada 1983 itu menimpanya. Dokter yang merawatnya lalu memprediksi bahwa kesadarannya telah padam. Pemberitahuan ini bagai melumpuhkan persendian Josephine.

Tidak ada satu pun ibu di dunia yang rela jika anaknya mendapat vonis demikian. Namun Josephine percaya, keajaiban akan datang pada waktunya, asalkan manusia berusaha. Tahun demi tahun keadaan Rob tidak juga membaik. Pemuda itu tetap terbaring lemah, bagai berada di dua dunia. Memandang putranya yang hanya bisa terbujur lelap di atas ranjang selama puluhan tahun tentu membuat siapa saja yang mengunjunginya merasa sedih.

Namun Josephine tidak pernah sedetik pun mengabaikan Rob. Ibu luar biasa ini tetap setia di samping ranjang anaknya, sambil mengupayakan hal-hal yang sekiranya mampu mengembalikan kondisi anaknya seperti sedia kala. Josephine percaya, jika seseorang memiliki keyakinan, maka dia akan menemukan jalan terbaik atas semua masalahnya.

Selama puluhan tahun Josephine dan suaminya selalu menanam harapan bagi kesembuhan Rob. Setiap hari Josephine selalu mengajak Rob bicara. Walaupun yang tersedia hanya komunikasi satu arah, Josephine yakin anaknya bisa mendengar setiap kata yang dia bisikkan pelan-pelan di sampingnya. Dia memperlakukan Rob seperti layaknya manusia normal yang tidak didera sakit apa pun.

Jika waktu makan tiba, Josephine akan dengan senang hati dan penuh kesabaran menyuapi Rob. "Kami mencoba memberikan kehidupan yang normal bagi Rob," paparnya.

Selama terbaring di atas ranjang Rob tidak pernah membuka mata. Dia seperti bayi yang lelap dalam tidur panjangnya. Pada 1997 ayah Rob meninggal dunia. Josephine berlari ke rumah sakit untuk memberitahukan kabar duka cita ini kepada Rob. Dia berbicara dengan hati-hati, karena tidak ingin kondisi Rob semakin parah.

"Rob menutup matanya. Tidak ada satu tetes air mata mengalir dari kelopak matanya. Tapi saya tahu, dia mengerti," ujar Josephine.

Kesetiaan dan kekuatan hati Josephine yang telah teruji selama 23 tahun menemukan keajaiban. Tiga tahun lalu, alat pemindai berteknologi canggih menunjukkan adanya aktivitas pada saraf otak Rob.

Orang pertama yang paling bahagia tentulah Josephine. Inilah keajaiban yang sangat dinantikannya selama puluhan tahun. Ibu yang kini berusia 73 tahun ini segera memindahkan Rob ke sebuah pusat perawatan penyakit khusus di Zolder, Belgia. Kebahagiaan Josephine kian bertambah ketika Rob mulai bisa berkomunikasi dengan bantuan komputer.

Suatu hari Josephine membaca sebuah kalimat di monitor komputer Rob. Pesan ini berbunyi, "Ibu, maafkan aku karena tidak bisa mendampingi ibu ketika ayah meninggal."

Walau peristiwa kematian suaminya telah lama berlalu, namun pesan ini memberikan penjelasan baru bagi Josephine. Keyakinan tak terbantahkan bahwa Rob bisa mendengar dan merasakan selama terbaring koma, ternyata benar adanya.

Kemajuan Rob semakin signifikan. Dia mulai rajin menulis pesan lewat komputer khususnya. "Saya ingin membaca dan berbicara tentang apa saja dengan teman-temanku. Saya ingin melakukan berbagai hal, sehingga orang-orang tahu bahwa saya tidak mati. Saya masih hidup," tulisnya.

Rob mengaku tidak pernah menyalahkan siapa pun atas kondisi memprihatinkan yang pernah dijalaninya selama puluhan tahun. Baginya, berada dalam kondisi koma selama 23 tahun hanyalah bagian kecil dari sebuah pertunjukan drama yang panjang. Rob mengaku, awalnya dia marah atas ketidak berdayaannya, tapi akhirnya belajar hidup dengan kondisinya.

"Orang lain boleh punya pendapat tentang saya," ujar Rob, kini berusia 46 tahun, kepada BBC. "Saya tahu apa yang bisa saya lakukan dan apa kemampuan saya, tapi orang lain punya bayangan yang tidak mengenakkan tentang saya. Saya harus belajar bersabar dan sekarang, pada akhirnya kita bisa sejajar."

Jika ada yang patut disebut sebagai pahlawan dalam kehidupan Rob, mungkin Josephine Houben yang kini berusia 73 tahun akan menjadi kandidat utama. Kasih sayang dan pengabdiannya sebagai seorang ibu tidak perlu diragukan lagi. Kebesaran hati dan daya juang demi kesembuhan anaknya tidak terbantahkan.

No comments:

Post a Comment