Hukuman mati ternyata sudah ada sejak dulu dan dari dulu pula hukuman mati telah dilegalkan oleh hukum. Resah menghadapi hukuman mati pasti melanda mereka yang di vonis hukuman mati, karena dengan hukuman mati tersebut umur akan berada di tangan para eksekutor. Namun, ada beberapa orang yang menerima vonis hukuman mati, ternyata tidak jadi mati karena berhasil survive dari proses pencabutan nyawa.
Mereka adalah Anne Green, John henry George Lee, William Duell, Yoseph Samuel dan Menseslao Moguel. Bagaimaan peristiwa itu terjadi, sebagaimana dilansir oleh Tribunnews :
1. Anne Green
Anne (22), dieksekusi mati dengan cara digantung. Pada masa itu, hukuman gantung dilaksanakan dengan cara si napi disuruh naik tangga dan mengalungkan sendiri tali ke lehernya.
Anne sudah melakukan prose situ dan setelah tergantung selama 1/2 jam, tubuh Anne diturunkan dan diberikan pada pihak universitas sebagai bahan kuliah anatomi. Namun, di kampus itu, saat peti dibuka, dokter mendengar suara bernapas dari tenggorokan Anne.
Mereka segera memberinya minum. Dua belas jam setelah eksekusi, Anne sudah bisa bicara beberapa kata. Beberapa tahun kemudian Anne akhirnya menikah dan punya 3 orang anak, serta dapat hidup 15 tahun lagi setelah peristiwa eksekusi yang membuatnya terkenal itu.
2. John Henry George Lee
Suatu hari, Miss Emma ditemukan tewas dengan leher yang tersayat pisau dan rumahnya terbakar. Pembantunya, John, dinyatakan bersalah dan divonis hukuman mati dengan cara digantung.
Saat hari H, tanggal 23 Februari 1885, di Exeter Prison, John dibawa keluar dari selnya menuju tempat eksekusi. Namun, trap door (pintu penyekat antar zona penjara) macet. Bukan hanya sekali, dua kali, tapi tiga kali.
Di tengah kebingungan pihak penjara dan eksekutor, John dikembalikan ke sel nya. Dan beberapa hari kemudian, hukumannya diubah menjadi kurungan seumur hidup.
3. William Duell
Willian (16) divonis mati dengan cara digantung karena tuduhan pemerkosaan dan pembunuhan terhadap seorang gadis di Village of Tyburn, London. Setelah digantung, jenasah William diturunkan dan dibawa ke universitas untuk medical training.
Namun, setelah pakaiannya dilucuti dan diletakkan di atas papan, ada seorang petugas lab menyadari bahwa jasad william bernapas. Dan dalam waktu 2 jam, John sudah bisa duduk. Malam itu juga, pemerintah memutuskan untuk mengalihkan hukumannya menjadi hukuman kurungan.
4. Joseph Samuel
Joseph divonis mati dengan cara digantung setelah dituduh melakukan perampokkan rumah seorang wanita kaya dan polisi yang menjaga rumah tersebut ikut terbunuh. Joseph memang mengakui perampokkan tersebut.
Namun, ia menyatakan bahwa ia tidak terlibat dalam pembunuhan tersebut. Joseph merampok rumah tersebut bersama gengnya. Si kepala geng dilepaskan karena kurangnya barang bukti.
Pada 1803, Joseph dibawa bersama napi lain ke Parramatta, di mana sudah ada ratusan orang yang datang untuk melihat eksekusi ini. Setelah berdoa, Joseph naik ke atas gerobak dan di lehernya dikalungkan tali. Setelah siap, gerobak tersebut ditarik.
Namun tali yang menjerat tubuh Joh itu putus. Algojo mencoba sekali lagi, tetapi tali tersebut selip dan kaki Joseph menyentuh tanah. Di tengah kegaduhan penonton, algojo coba lagi untuk ketiga kali. Namun, lagi lagi tali tersebut kembali putus.
Peristiwa itu dikabarkan kepada gubernur dan gubernur mengubah hukuman Joseph menjadi kurungan seumur hidup. Gubernur dan petugas lain meyakini bahwa kejadian tersebut merupakan petunjuk dari Tuhan, bahwa tidak seharusnya Joseph mendapat hukuman tersebut.
5. Wenseslao Moguel
Moguel divonis mati dengan cara ditembak oleh regu tembak kepolisian. Ia ditembak 9 kali, termasuk 1 peluru terakhir yang ditembakkan ke kepalanya oleh komandan regu dalam jarak dekat untuk memastikan kematiannya.
Entah bagaimana, Moguel bisa bertahan hidup dan berencana untuk melarikan diri. Moguel akhirnya pulang ke kampungnya dan menikmati sisa hidupnya yang sangat berharga tersebut.
Foto di atas diambil pada tahun 1937 di acara Ripley's Believe It or Not. Dimana Moguel memperlihatkan tanda bekas peluru yg menembus kepalanya dari jarak dekat.
No comments:
Post a Comment