Tuesday, October 23, 2012

Oposisi Suriah Terancam gagal

Gencatan Senjata Suriah-Oposisi Terancam gagal
Tentara Pembebasan Suriah (FSA) berpose di atas tank yang berhasil mereka rebut dari militer Suriah di sebuah desa di Provinsi Idlib, Suriah.

BERITA TERKINI, NEW YORK -- Pihak oposisi Suriah mengaku pesimistis dengan genjatan senjata yang diusulkan oleh Utusan PBB untuk Suriah, Lakhdaar Brahimi. Kepala dewan militer oposisi di Provinsi Homs, Kolonel Qassem Saadeddine, mengatakan upaya genjatan senjata tak jelas penerapan dan pengawasannya.

"Genjatan senjata ini hanyalah gagasan media siapa yang akan menerapkannya dan siapa yang akan mengawasi? Kami masih melakukan apa yang menjadi keputusan PBB. Tapi genjatan ini, apa mekanisme untuk menerapkannya?" ujar Saadeddine, awal pekan ini, yang juga mantan perwira tentara Suriah tersebut.

Saadeddine menuturkan, pihak oposisi menaati genjatan senjata yang diusung Koffi Annan, utusan PBB untuk Suriah sebelum digantikan oleh Brahimi. Tapi justru pihak Assad melanggarnya dengan melakukan serangan. Namun, menurut pihak Assad, genjatan tersebut dilanggar oleh pihak oposisi.

Seorang komandan oposisi di Damaskus yang enggan disebut namanya, menyatakan tak akan melakukan genjatan senjata. Pasalnya, genjatan senjata selama tiga hari tak akan berdampak pada krisis Suriah. "Genjatan senjata tidak akan terjadi. Kami tidak akan menerimanya dan ini bukanlah kepentingan kami," ujarnya.

Wakil Sekretaris Jenderal Liga Arab, Ahmed Ben Hilli, mengatakan baik pihak oposisi maupun Assad tak nampak mendukung upaya genjatan senjata. Meski demikian, pihaknya berharap keduanya dapat menaati genjatan senjata dan memulai penyelesaian dengan perundingan.

"Tidak ada tanda-tanda keinginan nyata untuk melakukan genjatan senjata ini. Kami berharap situasi dapat berubah. Pemerintah dan oposisi dapat memberikan respon meski sedikit, untuk memulai negosiasi," ujarnya.

Sebelumnya Brahimi mengatakan, upaya genjatan senjata diharapkan mampu mengembangkan kondisi politik yang tengah membara. Selain itu, upaya tersebut juga menjadi kebutuhan mendesak untuk menghentikan pertumpahan darah di Suriah. "Genjatan senjata akan membantu menciptakan kondisi yang memungkinkan proses politik untuk dikembangkan," Kata Brahimi.

Konflik Suriah telah menewaskan sedikitnya 30 ribu orang sejak Maret 2011. Diawali demonstrasi menuntut Presiden Bashar Al-Assad untuk turun dari jabatan. Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia mencatat, lebih dari 200 orang, termasuk 60 tentara tewas pada pertempuran Ahad lalu.

No comments:

Post a Comment